KEUTAMAAN BERDZIKIR DAN ORANG-ORANG BERDZIKIR
Dalil-dalil tentang perintah memperbanyak dzikir dan
keutamaan orang-orang yang berdzikir banyak terdapat didalam Al-quran dan
Hadits-hadits Nabi saw. Disebutkan beberapa Al-quran dan Hadits-hadits
Rosululloh tentang dzikir.
“…laki-laki dan perenpuan yang banyak menyebut (nama) Alloh,
Alloh telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”(al-Ahzab:35).
“ Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan
menyebut nama) Alloh, dengan dzikir yang sebanyak-banyak padanya.”(al-Ahzab:41).
“Alloh berfirman: “Aku senantiasa dalam persangkaan hamba-Ku
terhadap-Ku. Aku senantiasa bersamanya selagi ia mengingatKu, jika ia
mengingatKu pada dirinya, Aku mengingatnya pada diriKu, jika ia mengingatKu
ditengah-tengah kelompok, Aku mengingatnya ditengah-tengah kelompok yang lebih
baik dari mereka.”(Hdits Qudsi Muttafun ‘alaih dari hadits Abu huroiroh).
Dari ‘Abdulloh bin Busr ra. Bahwa ada seorang laki-laki
berkata, “Wahai Rosululloh, telah banyak syariat islam yang harus saya jalani. Untuk
itu sampaikanlah kepadaku amalan yang harus saya kerjakan ?, bersabda Rosululloh,
”Hendaknya lidahmu senantiasa dibasahi oleh dzikir (mengingat) kepada Alloh.”(Diriwayatkan
oleh Turmudzi, ia mengomentari, Hadits ini Hasan).”[ shohih jami’ush
shoghir:7577].
TATA KRAMA BERDZIKIR
Ketahuilah bahwa yang dimaksud berdzikir itu bukanlah cukup
hanya dilafalkan saja. Bertobat juga adalah dzikir, bertafakur(merenungkan
kebesaran Alloh) merupakan macam dzikir yang paling tinggi, mencari ilmu
termasuk berdzikir, mencari rizki bila baik niatnya karena Alloh juga termasuk
berdzikir dan semua aktifitas yang dilakukan dalam rangka mendapat keridhoan
Alloh maka itu merupakan dzikir. Dengan demikian, orang yang bijak adalah orang
yang selalu mengingat Alloh didalam semua keadaan. Dzikir yang dikehendaki
adalah yang membekas dihati sehingga berpengaruh pada prilakunya. Oleh karena
itu, hendaknya diperhatikan beberapa aturan berdzikir antara lain.
a.
Khusuk
Dzikir dilakukan dengan sopan, rendah hati,
juga berusaha menghayati maknanya sehingga mempengaruhi (hatinya),
memperhatikan maksud dan tujuan dzikir.
b.
Menjaga (merendahkan) suara
Merendahkan suara sebisa mungkin. Dzikir dilakukan
dengan penuh kesadaran dan penuh harap sehingga tidak terpengaruh oleh hal-hal
lain (diluar keinginannya). Firman Alloh berikut merupakan dalil bagi ketentuan
tersebut.
“Dan sebutlah (nama)Tuhanmu dalam hatimu
dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara,
diwaktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai”.(al-A’raaf:205)
c.
Sejalan dengan jamaah
Jika dzikir dilakukan secara berjamaah maka
hendaknya bersamaan (serempak), tidak boleh mendahului atau tertinggal. Juga janganlah
melakukan dzikir sendiri ditengah-tengah mereka. Bila seseorang hadir sedangkan
jamaah telah mulai, apa yang sedang dibaca dan bila kurang (lantaran tertinggal),
tunaikan yang kurang. Jika terlambat ketika mereka sudah sampai
ditengah-tengah, hendaknya iya membaca yang luput dan menyambung yang tengah
berlangsung. Hal demikian dilakukan agar melafalkan bacaan secara sempurna dan
tidak melakukan perubahan karena yang demikian tidak dibenarkan.
d.
Bersih pakaian dan tmpat
Kita harus menjaga diri dari tempat-tempat
yang dilarang, memperhatikan waktu yang tepat sehingga harapanya sejalan dengan
kehendaknya, dalam keadaan hati yang bersih dan niat yang murni.
e.
Menjaga sikap khusuk dan etikanya
Kita harus berlaku khusuk, sopan, menjauhi
suara gaduh dan sia-sia yang dapat mengganggu fungsi dzikir dan menghilangkan
pengaruh dzikir bagi jiwa .
Bila adab ini dijaga berarti ia telah
mengambil manfaat dari yang ia baca, dzikirnya berbekas dihatinya, dan mendapat
limpahan rahmat dari Alloh. InsyaAlloh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar